5 cara menjadi proofreader

 

Proofreader atau penyelaras aksara bukanlah profesi yang asing lagi di dunia literasi. Banyak penerbit atau perusahaan tertentu yang telah menggunakan jasa ini karena perannya yang sangat penting sehingga bisa memperoleh banyak keuntungan. Pada pembahasan kali ini, Pruf Ritz akan menyampaikan kepada Anda mengenai cara menjadi proofreader.

Tugas proofreader yang utama adalah sebagai pemeriksa bahasa yang akan mengoreksi hasil suntingan editor. Proses pengoreksiannya pun tidak hanya dilakukan sekali, tetapi berkali-kali agar tidak ada kesalahan berbahasa atau kekeliruan format pada teks atau naskah. Seorang proofreader harus melakukan tugas tersebut pada tahap akhir sebelum naskah dikirimkan kepada setter (pengatak) dan penulis untuk dicek kembali sebelum dicetak atau dipublikasikan.

Selain itu, seorang editor biasanya merangkap menjadi proofreader. Namun, pada perusahaan berskala besar, ada yang mengkhususkan pekerjaan proofreader. Jika Anda ingin mempelajari bidang proofreading dengan baik, beberapa hal penting di bawah ini dapat sangat membantu Anda.

Gemar membaca

Selain editor, seorang proofreader juga harus senang membaca. Hal ini dikarenakan proofreader harus membaca berlembar-lembar naskah yang perlu dikoreksi. Jika proofreader tidak gemar membaca, pekerjaan yang dilakukan akan terasa menjenuhkan.

Untuk buku-buku yang dibaca, proofreader bisa mempelajarinya dari jenis buku apa pun, tetapi lebih disarankan jika membaca topik dari karya yang biasa dikoreksi. Contoh, jika proofreader tersebut bekerja di penerbitan bagian fiksi, berarti dia harus sering membaca novel atau kumpulan cerita pendek agar mengetahui gaya bahasa atau cara penyampaian penulis fiksi.

Memahami ejaan dan tata bahasa

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) harus selalu menjadi alat utama yang digunakan oleh proofreader. Selain itu, seorang proofreader juga harus mempelajari buku-buku tentang penyuntingan seperti 200+ Solusi Editing Naskah dan Penerbitan karangan Bambang Trim, Buku Pintar Penyuntingan Naskah karangan Pamusuk Eneste, atau The Chicago Manual of Style yang diterbitkan oleh Pers Universitas Chicago.

Beberapa penerbit atau perusahaan tidak mewajibkan proofreader yang bekerja dengan mereka harus lulusan bahasa atau sastra. Maka dari itu, bagi orang-orang yang ingin belajar atau ingin mengetahui cara menjadi proofreader, bisa melakukannya secara otodidak.

Selalu teliti dan berkonsentrasi

Untuk mengoreksi sebuah naskah, dibutuhkan ketelitian dan konsentrasi yang sangat tinggi. Meskipun pada zaman sekarang sudah ada alat bantu yang berguna untuk mempermudah pengoreksian ejaan dan kosakata, seorang proofreader tetap harus melakukannya secara manual.

Tugas proofreader tidak hanya mengoreksi ejaan dan tata bahasa, tetapi juga masalah teknis seperti kesalahan fakta, kelebihan spasi, logika kalimat, dan hal-hal seputar micro editing yang tidak akan berpengaruh pada isi teks/naskah. Ketika sedang mengoreksi, proofreader juga perlu melakukan riset fakta agar tulisan jauh lebih kredibel.

Rutin berlatih

Walaupun Anda sudah paham seluk-beluk proofreading, latihan harus tetap dilanjutkan. Proses pelatihannya pun sebaiknya dilakukan dengan jadwal yang konstan, karena proofreader harus selalu mengasah ketajaman dan kepekaan berbahasanya.

Di samping itu, seorang proofreader juga bisa mengikuti kelas-kelas penyuntingan untuk mendapat pengetahuan dan wawasan yang lebih. Contohnya, tahu peletakan  tanda baca yang tepat danmengetahui kecocokan konteks tulisan dengan topik utama. Mulailah membaca konten atau buku dengan pemikiran lebih kritis sehingga tahu apa yang perlu diperbaiki dari sebuah karya tulis.

Mengikuti Sertifikasi

Proofreader yang andal, belum tentu profesional. Untuk menjadi seorang proofreader profesional haruslah mengikuti sertifikasi. Sertifikasi ini dibuat agar kemampuan proofreading tersebut dapat diakui secara resmi dan bisa menjadi tolok ukur klien dalam menentukan atau memilih jasa proofreading.

Di Kanada dan Amerika, ada beberapa lembaga sertifikasi yang bisa diikuti seperti Asosiasi Editor atau Asosiasi Sertifikasi Proofreader AS. Namun,  ada perbedaan di Indonesia, seorang proofreader pemula bisa mengikutinya di Lembaga Sertifikasi Profesi Penulis dan Editor Profesional (LSPPEP). 

 

Itulah lima cara menjadi proofreader yang dapat Anda tekuni sebaik mungkin. Memang terkesan sulit, tetapi Anda tidak perlu khawatir karena proses pembelajaran yang Anda lakukan pada bidang ini pasti akan memperoleh hasil yang signifikan. Selain itu, Pruf Ritz juga siap membantu jika Anda membutuhkan jasa proofreading.

(Baca Juga: Cara Menulis Tinjauan Pustaka Ilmiah)

Leave a comment